Minggu, 02 Juni 2013

CINTA DAN BENCI



Sebetulnya judul blog ini uda pernah aku pakai sewaktu blog yang lama masih ada, tapi blog itu kini uda gak tak aktifin lagi. Karena isinya terlalu galau, bikin risi aja kalo baca. (termasuk yang nulis). Niatnya di blog baru ini maunya gak galau, maunya yang move on, tapi kalo gak nulis yang galau gitu rasanya hampar banget gitu ya? Seperti judulnya, sebenarnya gak akan jauh dari yang dulu, ya masih ada sangkut pautnya sama dulu. Untuk ku walaupun sepenuhnya uda melupakan dia, tapi rasanya patut lah dia masuk dalam cameo di blog ini, lantaran sahabat, keluarga, aku pribadi juga uda ada di sebagian tulisan, sebagai pelengkap aja deh ya?.
Dia (Niatnya mau sebutkan nama, tapi gak usah lah menjaga nama baiknya, dan menjaga keprifasian dari cerita ini sendiri = Tapi aku rasa pasti uda tau dia sipa?). Sejujurnya dia mampu mencuri hati ku, ya walaupun hanya aku yang tercuri hatinya, entah apa yang aku rasakan rasanya tiba-tiba rasa suka itu ada aja datangnya. Tak dipinta, tak disengaja, awalnya aku gak kenal basik dia, karena itu adalah firs time. Aku hanya sekedar bertanya sesuatu, saat itu mata minus ku kambuh (maklum mata orang tua). Kebetulan aku berpikir dia pasti tau, ya hanya sebatas Tanya jawab aja. Dua hari kemudian, kita uda ngobrol, lupa apa yang aku obrolkan dengan dia, ya sebatas teman lah saat itu. Entah bagaimana aku bisa mengenal dia dan menjadi dekat dengannya, yang jelas factor lokasi tempat duduk yang aku anggap mendukung kedekatan ini. (kalau biasanya tempat duduk menentukan prestasi, kalo aku gak “tempat duduk menentukan hati … auwah…..). Ya begitulah, tapi ada beberapa moment yang aku sangat ingat walau sebetulnya  momen itu adalah saat aku belum menyukainya. Saat itu aku harus mengantar surat untuk PKL. Kebetulan kita berdua berada di luar gerbang (gak berdua juga deng, ada yang lain tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing), dia bersandar di tembok depan gerbang sekolah sebelah utara, sendirian menanti seorang teman yang juga mau mengantar surat, kebetulan aku berada di sebelah selatan tepat di depan dia, juga sedang menanti dua orang teman yang akan mengantar surat. Saat itu aku ingat dia bertanya “ Nang UNS tho?? . Aku pun menjawab soalnya pasti itu untuk ku kan yang PKL didaerah UNS hanya kelompok q. “heembt, melu ye??”. Jawabku tanpa diikuti perasaan apapun. “( sambl senyum) aku yo meh ngeterne surat sek lagian adoh hlo.”. “hahaha, makane ayo melu, neng gon ku sek lagi tak terke nggon mu.” Jawabku sambil ketawa. “hahahah, selak ngantuk aku.” Kebetulan aku hanya melempar senyum (gak melempar batu, kalo sekarang akan ku lempar hati ku hahahhaha) karena teman yang ditunggu uda muncul dan berarti adalah waktu untuk berangkat, jadi gak ada waktu buat ngobrol lagi, dan nampaknya teman dia juga uda dating dan bahkan uda nengkreng di atas motornya. Dan aku pun langsung meluncur, saat menyebrang kebetulan dia mendahului ku lewat klakson motornya yang merdu (ceileh….. merdu katanya) dia nglurui (apa ya nglurui ki? Nyapa gitu kali ya?). Sambil menundukkan kepala dia senyum. Aku melakukan hal yang sama. Beberapa waktu setelah itu kebetulan ada hal yang emang harus komunikasi antara kita, kita sempat sms berapa waktu tapi gara-gara aku yang putri tidur sedang dia yag putra kalong, (Dia Betah Sampai Malam) saat itu aku tau itu jam menunjukkan pukul 24.00 WIB. Sms nya gak tak bales lah secara aku dah lelap. Kebetulan hobi kita sama waktu itu nonton salah satu acara yang lagi booming waktu itu. Semenjak itu kita menjadi dekat. Anggap aja kita sudah begitu dekat hingga beberapa moment yang aku pikir biar kan jadi koleksi pribadi (ntar bikin galau ).
Hingga suatu hari ada hal yang membuat ku jadi jauh dari dia, hal itu emang aku pikir sebagai pemisah diantara kita, dan itu terlalu menyakitkan sekali buat ku, because disaat itulah justru aku mulai suka sama dia. Entah bagaimana, sesaat pikiran ku bilang “kenapa pas gak dulu aja, giliran sekarang dia uda terbang dari sangkar malah aku mau mendekat itu jelas gak bakal mungkin terjadi”. Tapi inilah realita, semakin aku mencintai nya maklum sajalah kami masih berada di lokasi lumayan lama, dan lokasi kami masih sama. Benar aja pertemuan yang sering membuat aku makin cinta sama dia, entah feeling atau apa dia membuat ku jadi mulai ilfeel. Lewat tingkah dia yang aku berpikir bahwa itu berbeda dari sebelumnya saat aku masih mengenal dia sebagai teman dengan yang sekarang.
Disinilah hingga kelas XI ku berakhir aku masih menyimpan rasa suka namun diiringi rasa benci, parahnya kami masih berjumpa untuk kelas XII kembali. Aku berniat benar-benar melupakan, tapi sayang waktu masih mempertemukan kita, jadi sangat sulit melupakannya, padahal justru aku mulai benci. Anggap semua berjalan seperti itu, hingga pengumuman selesai. Sejujurnya dalam hati ingin sekali aku mengucapkan “selamat ya, kamu lulus”, tapi itu dah gak bisa walau hanya sekedar sms atau hanya berjabat tangan. Semua sudah menjadi jauh dan aku pikir “Saat inilah waktu yang tepat untuk melupakan semua, dulu terhambat oleh keseringan waktu kita bertemu, kini saatnya aku melupakan lantaran kita yang tak lagi ketemu”. Alhamdulilah seiring berjalanya waktu aku sudah mulai melupakannya, hingga saat ini aku sudah mampu melupakan nya. Tapi tetap saja sejujurnya ada satu hal yang ingin ku bicarakan padanya. “Sampai bertemu lagi di kehidupan selanjutnya”. Itu yang ingin kusampaikan sebenarnya. Tapi tak lagi dapat aku ucapkan. Tinggal menunggu masa depan aja, akan ku siapkan kata-kata selamat yang aku pikir lebih pantas emm, misalnya “Selamat ya sekarang uda jadi guru, teknisi”, atau mungkin lebih ke masa depan lagi “selamat ya, semoga bahagia, sakinah mawadah warahmah”. Dan pasti ucapan selamat itu akan ku iringi senyuman donk, turut bahagia atas semua yang akan ia capai dimasa depan. Begitu juga jika kehidupan masa depan ku tiba, ingin sekali dia juga bisa hadir dan juga mengucapkan selamat.
Itulah cinta dan benci hanya beda selembar kapas, begitu tipis kadang gak terlihat mana yang benci dan mana yang bener cinta. Walau perasan ini belum terutarakan tapi setidaknya menjadikan dia sebagai bagian dari sebuah tulisan adalah cara yang terbaik untuk menyimpan kenangan biar gak termakan rayap. Memang sudah benar-benar melupakan dia, tapi bukan berarti kini aku membencinya, tak meninggalkan sedikit pun kenangan yang lalu direlung hati juga bahkan hanya sekedar nomor HP pun kini tak lagi kumiliki. Hanya sebatas menghapus saja, jika someday kita berdua bia dipertemukan kembali, jelas tentu akan terasa berbeda. Dan tak akan ku tutupi kemungkinan bagaimana aku bisa akan kembali padanya. Tak akan hanya lewat selamat mungkin akan lebih ampuh jika kita berdoa. Ya, Hanya berdoa, ini adalah salah satu doa yang aku selipkan di setiap sholat , hanya doa tambahan aja sich,
Ya allah ya Tuhanku, ku titipkan doa ku untuk nya, semoga dia bahagia, semoga apa yang ia kerjakan masih dalam koridor sebagai laki-laki yang ku kenal dahulu walau aku yakin sekarang ini dia sudah dewasa. Berikanlah dia kemudahan dalam segala urusan, semoga kesuksesan datang padanya. Trimakasih menghadirkan dia dalam hidupku walau hanya sebagai teman, jika engkau berkenan pertemukan hamba kembali dengannya suatu hari nanti, bahkan hanya sekedar mengucapkan selamat atas apa yang ia raih dan aku raih di masa depan, jika pun kami dipertemukan dengan masing-masing orang yang berbeda, bahagia kanlah kami dengan pilihan masing-masing. Semoga apa yang aku sampaikan bisa sampai padanya. Aminn ” (Doanya agak melo dikit sich).
Dan ini adalah salah satu doa yang dimana aku menunggu keajaibannya dari sebuah doa dari berbagai doa yang sangat ingin ku buktikan keajaibannya.

MY LIFE STORY ( Part I )



Em, im come bacak again…… hehehhe, harus donk, biar blog nya gak sepi kan kasian uda di bikin capek-capek tapi gak di update hihihihih. Kali ini mau crita tentang kehidupan pribadi ku, eitsss…. Gak usah takut buat baca, ini gak akan segamblang kehidupan aslinya kok, jadi tenang aja gak akan membuka aib (karena aku aja gak takut buat share). Tulisan ini dibuat bukan untuk menjelek-jelekan orang lain tapi buat menjelek-jelekan diri sendiri (# jepret…. Gimana banget sich narasumber e iki ). Niatnya sich mau bikin judul “Never Ending Story” biar agak alay-alay dikit gitu, tapi pas dirapatkan sama hati kecil kok kayaknya gak pas gitu, kalo jadi ambil judul ini pasti bingung banget mau diberi apa ya di dalamnya biar agak mengena dan merasuk, lagian kalo dilihat dari judulnya kayaknya terlalu mengada-ngada gitu ya?? Akhirnya dibikin judul “My Live Story“ aja gitu yang simple, dan bisa ditebak isinya, serta enak aja mau crita apa? (oh ya pakek part hlo, kali ini part satu dulu, nah part 2 nya ntar nyusul aja, eemmmm, pas kalo uda nikah gitu ya, kan kesannya romantis gitu, haish ngomong apa sich). Layaknya judul jelas akan membahas 90% tentang kehidupan ku, bukan orang lain. Tapi mungkin nanti akan ada cameo dikit lah, em 10% nya, maaf ya belum ngasih contrak buat kalian atas pengambilan nama dan setting tempat buat tulisan ini hehehehe. Niatnya sih selain share aja, dan semoga bisa menginpirasi jutaan orang (Alai nya kumat, pengikut blognya aja baru 3???? Yang 999.997 siapa?). hah lupakan.
Aku terlahir dengan nama “Siti Uswatun Khasanah” Lahir di Karanganyar, 14 November 18 Tahun silam dengan sehat wal afiat. Aku ini blasteran Karanganyar sama Semarang (Blasteran??Indonesia - belanda kek, masak blasteran karanganyar - semarang??? Aneh…)makanya muka-muka ku mirip-mirip duren bercampur lumpia gitu ya?? Hehehe. Aku terlahir dari perpaduan antara 2 kota berbeda, dari Ibu yang bernama “Suminah” (None nya Karanganyar dia), dan Babe yang bernama “Slamet Taswadi” (kalo ni Abangnya Semarang) kata orang nama babe ku tu gak akan punah hlo, bayangin aja, kalo lagi kena pisau aja tetap slamet hlo (iyalah gak mungkin ganti akte jadi keloro-loro). Cerita tentang kehebatan mereka kan uda dibahas lalu, sekarang giliran aku ya pak . buk… (sak karepmu nduk) hehehe. Kata orang banyak nama adalah doa, makanya banyak orang-orang jaman sekarang ngasih nama anaknya tu baik-baik and bagus-bagus banget soalnya berharap kelak anak-anak mereka jadi orang hebat. Nama ku sendiri terhitung bagus hlo dibanding nama tetangga ku disana, heheheh, karena disana banyak nama aneh, kayak Rosi, Epi, Paiman, Suparjo, dll. Maklum lah masih banyak warganya yang kolot dan belum tau arti sebuah nama. Dulu aja aku juga mau dikasih nama “Endang” hah…. Endang??? Haduh gimana gitu, masak Endang, untung aja Bapak ku adalah orang yang ngerti agama dibanding orang situ, jadi aku tertolong dimasa depan lah. Soalnya setau mereka kan yang penting ada panggilannya kalo pas mereka lagi bertani atau lagi di tegal (kebun) “Jo, Paijo mangan sek” gitu wkwkwkwkw, daripada “Hey, mangan sek,” ntar yang ada semua yang disawah pada mendekat padahal Cuma bawa 2 piring dan nasi satu bakul. Waktu aku Tanya kenapa diberi nama Siti Uswatun Khasanah? Ibu bilang gini “Hla sek mbok nggo kui ngopo disebut klambi?” (Hla kenapa yang kamu pakek disebut baju?) ya ni emak-emak ditanya malah balik nanya lagi, haduh pooosing bu…… “Cobo takok bapak mu kono kan seng ngeki jeneng bapak.” Gitu katanya (Hlah, buset aku ini anak siapa yak??? Masak arti nama anaknya aja si emak mpek gak tau haduh----). Trus katanya “Siti itu artinya lemah, kalo uswatun khasanah tu = contoh atau teladan yang baik kalo diartikan secara penuh artinya tu seorang wanita yang lemah dan bisa jadi contoh atau teladan yang baik” gitu (makanya apapun yang aku lakukan harus dicontoh karena aku tu teladan. wkwkwkw gak dink jangan ding sesat gue). Besoknya waktu pelajaran bahasa jawa guru ku tercinta Pah Hudi (bapak tertua dengan khas nya pespa tercinta waktu SMP). Bilang “Dasanamane Lemah niku nopo tun??” Panggilan sayang dari teman dan guru waktu SMP tu ada dua Demek, Atun. (Itu panggilan sayang atau penghinaan ya?). karena aku gak tau aku geleng-geleng kepala deh “Haduh mosok mboten ngertos, mboten sinau mesti, padahal dasanamane lemah ki jenenge dewe), aku dengan muka panik, sambil mikir dengan muka oon, “maksutnya aki-aki satu ini apa tho?” kita satu kelas pada diem sambil mikir “Dasanamane Lemah ki Siti” sejenak kelas yang mulanya diem jadi rame banget, iyalah pada ngetawain aku, rasanya mau lompat dari jendela (mau lompat kemana sih?). Haduh ini bener gak ya? Masak lemah, haduh diinjek-injek donk gue tiap hari, diompolin lagi ama anak ingusan haduh buruk amat. Tapi semalem waktu Tanya kan emang siti tu lemah, haduh lemah apa sich?? Pulangnya aku protes sama babe “ Siti tu lemah??? Berarti aku diinjek tiap hari donk??) eh, pasangan romantis ini malah ketawa bukannya menolong aku yang lagi galau antara mau pindah nama atau pindah Negara biar bisa jadi “­Song Hye Kyo” (malah makin gak jelas lagi artinya apa?). Lalu dijelaskan “Maksudnya lemah tu, ora gragas, ora petakilan, tapi lemah lembut koyo putri solo kae” hehehehe wah ternyata bukan lemah yang diompolin anak-anak bayi. Bangga donk. Pas aku konfirmasikan ke anak-anak mereka malah bilang “Ha, Putri Solo, pethakilan koyo Sengkuni ngunu kok, putri solo, salah kui tun bapakmu le ngeki jeneng) ya mereka membuat hasrat ganti nama makin menggebu-nggebu. Hehehe. Tapi akta ku uda jadi kali, lagian kalo gak ada nama Siti, aku gak mungkin dipanggil Demek (gara-gara sinetron Si Entong makanya aku dipanggil Demek), dan Demek sampe sekarang masih diinget-inget sama guru SMP sana. Heheh. Aku tu anak pertama dari Dua bersaudara (bener kan??). Punya adik Lahir tanggal 4 Februari 1997, Cuma beda 3 tahun. Namanya Kun Miftachul Jannah, (hihihihi ada kun segala di depannya, kuntilanak???? Hehehe). Katanya nama itu singkatnya adalah kunci surga,, waktu denger artinya aku ngakak, akhlak tu anak aja gitu, bener dia Cuma jadi kunci aja setelah itu dilempar ke neraka hahahahahah, kalo dah di ejek gitu dia marah sampe 3 hari gitu. Sekarang dia sekolah perawat, di salah satu SMK. Ya, dia lumayan pinter juga (masih pinter gue). Dia tu masih kalah dibanding aku tapi beberapa hal dia menang diantaranya, dia tu lebih disayangi sama anak-anak, ibaratnya dia tu pawangnya anak. Trus satu hal lagi berat badan dia lebih besar dari gue, menang lah dia. Kadang kalo lagi pulang ke karanganyar, pas sungkeman gitu, pas giliran adik ku “Wealah, Sum anak mu tek wes gedhemen, ki po sing barengane ari kae? Halah kok gedhemen”. Spontan adik ku plonga-plongo gitu mungkin batin dia “Ari ki sopo engkas???” Kami satu keluarga ketawa lah dengan arif dan bijak (ciee…) babe ku bilang ke pakdhe “Udu, iki adine, kae galo seng barengane ari, (semua mata tertuju pada ku yang asyik makan semangka), nek iki adine.” Spontan satu ruangan pada bikin paduan suara “Woalah…..” hahahaha. “Iki gedhe awake nek kae kan gedhe umure” . “Hla kok awake gedhe le cilik??? “. Ya, begitulah kita adalah saudara yang tertukar berat badannya. Tapi sayangnya sampe sekarang yang masih nganggep aku adik tu masih banyak padahal uda dibilangin yang keberapa kali kalo aku ini kakak e. (berarti aku masih kelihatan umur 16 tahunan lah ya). Ya maklum. Postur adik ku tu gedhe, tinggi lagi dia. Ya maklum dia dulu maknya sereal (cieee…. Sok kaya amat) kalo gue kan makan ubi. Hehehehe. Dia dan aku kalo disuruh bergosip wah, cocok banget, kalo uda bergosip kita gak pernah berantem.
Aq terlahir sebagai bayi yang sehat, manis, imut, dicintai banyak orang heheheh. Aq terlahir bukan dari keluarga yang langsung mampu. Sebelumnya pun sudah dijelaskan bahwa aku dan keluargaku adalah keluarga perantau yang mencoba mengubah pemikiran kolot menuju pemikiran internasional hehehehe. Tapi nantinya aku akan angat bersyukur terlahir dari keluarga yang mau move on, dengan begitu aku akan sangat memaknai hidup yang penuh perjuangan ini.
OK, Sistem bagaimana aku lahir dan tragedy nama ku sudah dibahas, kali ini aku akan membahas masa kecil ku, dulu umur ku baru 6 bulan ada tu tetanggaku yang ada di Windan Kartasura ngasih makan aku kacang goreng mana diloloh-lolohin ke mulut, sampe mucu-mucu gitu gue, ya iyalah gue belum punya gigi mas. Trus katanya dulu aku gak mau makan kalo gak telo atau pohong (ubi-ubi an) (ya ampun gak modern banget gue, ketahuan ndesonya kan?). Waktu TK aku tu salah satu murid yang disayang sama Bu Mul, dan Bu Titik beliau berdua adalah guru TK ku, aku sering banget dipercaya buat ikut lomba-lomba gitu mulai ngaji, nggambar, mewarnai, hafalan, dll. Dan tiap pulang pasti diajak makan soto dulu, (padahal jarang hlo aku menang, Cuma menang 5 kali doank ). Dan katanya aku waktu dulu tu cantik (hueekkkk…. Kalo villa baca pasti gitu tuh ekspresinya). Dan dulu rambut ku tu lurus, bagus deh masih unyu-unyu gitu, gak tau kenapa sekarang jadi gak lurus lagi. Seperti sebelumnya masa-masa TK dan masa SD ku juga udah dibahas sebelumnya di cerita You Know The Meaning Of Sahabat??? ,tentang aku yang hobinya mampir ke sungai, maklum lah ya turunan putri duyung, gak kuat kalo liat air bawaannya mau nyemplung aja (keturunan duyung atau cethol??). Nah sekarang adalah waktunya buat ceritain masa-masa kecil menjelang dewasa lantas menuju tua. (belum dink masih 19 tahun juga kali). Beberapa waktu yang lalu, ya kurang lebih 7 tahun yang lalu, kurang lebih masih usia SMP, salah perkenalan aku pernah lakukan, sebenarnya banyak teman yang baik tapi entah kenapa berjumpanya sama yang agak gak beres, di tim ku (kayak sepak bola aja, ada tim-tim nya). Sebenarnya ada 6 anggota, semenjak kelas 7 kami uda berteman, jadi semacam genk gitu kali ya, salah satu dari kita adalah orang yang uda tercemar hehehe, sebenarnya Cuma satu orang aja tapi bisa mempengaruhi kita ber lima. Layaknya SILUMAN, dulu kita juga bikin nama buat genk kita namanya “By Colah Women” lucu gitu ye, kita ada pin dulu sebagai bentuk berdirinya “By Colah Women”. Sebenarnya kata Colah sendiri bukan kamar mandi dalam sebutan jawa, tapi lebih kepada sekolah  “School” cuma kan kayaknya wagu kalo namanya “By School Women” makanya diplesetkan ke  Colah gitu, “Women” nya sendiri sebenarnya kalo bahasa yang baik dan benar adalah “Woman”, tapi karena kita bukan keturunan Inggris makanya “Women” aja deh biar ada kesan jawanya gitu. oke selesailah sejarah “By Collah Women”. Dari mereka aku justru belajar kehidupan, maksudnya secara pribadi dari mereka aku justru belajar bagaimana kerasnya hidup dengan harus berhati-hati memilih teman kan bisa jadi perbandingan jika bertemu yang baik. Jujur saja pada saat itu entah mengapa aku selalau merasa bahwa diriku ini kurang, seperti uang jajan, pakaian, HP dll. Rasanya seperti gak bisa terima dengan kehidupan sesungguhnya. Karena pengaruh lingkungan lah, rasanya akan sangat ketinggalan sekali, parahnya tak pernah terpikir oleh ku bagaimana aku itu jauh lebih beruntung dari semua yang berada di bawahku. Lebih tepatnya saat itu aku salah pergaulan. Tapi alhamdulilah saat aku nakal pun aku belum melakukan hal yang parah banget. Tapi aku beruntung aku sembuh setelah menjelang Ujian Nasional, aku yang mulanya sangat kontra dengan orangtua mulai di bimbing untuk menjadi pribadi yang baik aku ingat ketika pak Mulyono (Guru SMP (Matematika) merangkap sebagai wali kelas ku). Beliau bilang (enaknya pake bahasa apa ya, ntar kalo campur-campur gak papa kali ya?) “ Waktu masih kecil dulu, ibu tho yang melahirkan, mbimbing sampe sekarang, kenapa di sekolahkan disini? Biar kamu mengerti agama selain mengerti ilmu umum, kamu pinter (ehem-ehem) kamu baik dimata guru, tapi saya pernah mendapat laporan “Pak siti niko nakal bar kenal kaleh ……” ya atau gak aku yo ngerti iku nduk, kamu mengikuti trend gak mau ketinggalan, yang melapor iku kan sayang sama kamu, makane gak mau kalo kamu ikut nakal, uwis kelas 3, mendekat sama Allah, mendekat ke orangtua, terutama Ibu, jangan wangsulan kaleh ibu, tinggalkan hal-hal nakal iku, cari teman yang baik, bisa membimbing ke hal yang baik, yang pasti menerima apa adanya dirimu.” Sesaat aku menangis ingat gimana aku yang gak mau nurut sama ibu, terutama waktu ibu bilang “Pake jilbab nek metu ko ngomah”. Sewaktu itu aku sama sekali gak nurut, hingga aku jatuh dari motor gara-gara gak mau nurut kata Ibu, sampai jempol kaki ini meninggalkan bekas luka hingga sekarang. Dan mulai saat itu aku membiasakan diri untuk hidup kalem, dan gak nuruti ego buat hanya sekedar tampil ok, keren, ya singkanya menyesuaikan tempat dan keadaan aja.
Dan seolah mendapat restu dan mungkin uda jalannya gitu kali ya, alhamdulilah aku jadi anak penurut walau waktu itu belum memakai jilbab. Ya setidaknya bakti pada orangtua uda cukup mengubah hidupku, dan sekelilingku hadir orang yang lebih baik dari sebelumnya, mendapat teman yang baik, dan alhamdulilah lulus dari SMP. Mulanya takut gak lulus akibat kelakuan buruk sama orangtua.. Tapi bersyukurnya aku dihadirkan orangtua yang hebat.
Waktu mau masuk SMK, Aku sepenuhnya pasrah sama orangtua mau memilih sekolah yang mana, karena bagiku semua sekolah sama aja dan menurutku felling orangtua tu gak pernah salah. Semoga dengan ini setidaknya aku tak lagi berjumpa sama orang yang parah…. Terpilihlah SMK Al-Islam sebagai pelabuhan untuk mengahabiskan masa 12 tahun yang kurang tiga tahun lagi sekolah ku. Mungkin awal masuk sekolah ku sudah juga aku ceritakan dalam cerita sebelumnya seperti “Story Of Siluman” bagaimana aku bertemu dan berjumpa dengan teman-teman. Ya, pilihan kedua orangtua ku benar aku bisa menyebut bangga dengan berada di lingkungan SMK Al-Islam selain mempertemukan ku dengan sohib tercinta, disana aku tak lagi terpengaruh dengan lingkungan karena kebetulan mereka yanag disana adalah orang yang tak terlalu ngoyo dengan hidup mewah, lebih tepatnya mereka simple mengikuti arah hidup. Tapi kali ini mungkin aku akan share tentang kehidupan yang lebih menceritakan bagaimana sih aku mau mengenakan jilbab dalam keseharian, serta bagaimana aku menanggapi jalan yang ada saat ini.
Mulanya aku memakai jilbab adalah alasan yang simple, mulanya dulu aku diajak buat mengikuti pengajian pemudi ditempat Dr. Dewi Priamsari, beliau menyediakan tempat dan keperluan lainnya (intinya gratis lah). Pengajian itu diadakan tiap hari minggu, dengan materi ngaji, belajar tentang tajwid dalam al-qur’an dan sharing-sharing hal lainnya. Karena peserta nya adalah wanita semua maka bahasan yang dibahas tentu menarik, karena hal tentang wanita adalah paling rentan dalam kehidupan sehari-hari jadi perlu kita mengetahui larangan-larangan dan kewajiban sehari hari. Tepatnya minggu ke tiga kita mbahas masalah Jilbab. Ustadz ku ini adalah ustadz cowok tapi dia smart banget karena masalah wanita pun dia memahami. Beliau mengatakan kelak penghuni neraka dan bahan bakar dari neraka adalah wanita, makanya jangan heran kelak akan banyak wanita yang menjadi penghuni neraka (wah, aku sebagai wanita uda mulai was-was banget, jadi salah satu bagian bahan bakar gak ya? Naudzubilahi mindzalik deh), bisa terjadi karena segala sesuatu yang bersama dengan seoerang wanita bisa menimbulkan dosa. Diantaranya mulut seorang wanita tentu berbeda dengan mulut pria, satu mulut wanita aja uda menimbulkan hal yang bahaya apalagi ditambah 2 saja mulut wanita tentu sudah mampu menciptakan dosa yang hebat, yang bakal membuat kehebohan dengan dia bergosip. Lebih fatal lagi adalah tentang aurat wanita, seperti yang sudah diketahui aurat wanita adalah dari rambut sampai mata kaki, bayangkan itu sudah mencapai seluruh tubuh hlo, yang boleh terlihat hanya wajah, dan telapak tangan aja, (walau ada yang bilang sebanarnya hanya mata yang halal buat dilihat). Bayangkan saja jika seluruh tubuh ini  adalah haram hukumnya untuk dilihat lantas bagiamana mencegahnya. “Hijab mbak” kata mas topik. “Hijab yang sesuai syariat islam, yang gak membentuk bentuk leher, menutupi dada, yang mampu menutup lekuk tubuh. Jilbapan itu memang kesannya menakutkan buat orang yang gak iman, takut gak berjodoh, takut gak dapat kerja, takut dikira teroris, takut gak ada teman, iya kan? Tapi kalian mengesampingkan manfaat nya, kalian pernah dengar gak tentang kasus perkosaan, adakah mereka yang diperkosa memakai jilbab dalam keadaan syari’? rata-rata dari mereka adalah mereka yang mengumbar aurat, tau gak? Yang jilbapan kayak istri saya mana ada yang menggoda, justru kalo kalian mereka memakai jilbab yang baik kalian akan disegani, di takuti, itu lebih baik hlo dari pada kalian disingsat-singsot gak jelas sama pria gak jelas, dan pria yang kayak gitu juga sama aja pasti dia juga gak beriman, karena laki-laki iman itu gak doyan sama wanita yang pamer aurat. Jadi pada kasus perkosaan dan kejahatan pada wanita, coba jangan lihat dari sisi laki-laki nya ya tentu mereka salah tapi pasti gak akan ada yang namanya hal buruk seandainya wanita tadi berpakaian baik. Tentu laki-laki itu punya nafsu maklum begitu dia melihat wanita yang Nampak seperti itu dia punya hasrat, coba dia lihat wanita jilbab syari’ mendekat aja mungkin gak mau.” Singkat cerita aku memulai mencoba untuk memakai jilbab, setelah memutuskan pakek jilbab, aku dipuji sama ibu “ Hlo kan ayu kalo pake jilbab, mosok nek sekolah thok jilbapane?” mendengar itu aku langsung ngaca di depan kaca “ Bener lumayan lah walau gak cantik kaya villa (kalo villa baca pasti aura nya dah beda banget dia) “ setelah itu aku berpikir, kalo jilbapan bisa nich nutupin jidad ku yang kayak lapangan. Ok mulai hari ini akau pake jilbab, subhanallah, kayak benar-benar terlindung banget. Kalo banyak orang bilang “entar lah belum mau pakek jilbab, soalnya aku aja belum memperbaiki diri” sebetulnya itu salah justru kalo kamu uda pakek jilbab, itu akan merasa “ow ya aku uda pakek jilbab nich, aku sekarang gak boleh ngrumpi, gak boleh pergi sama yang bukan muhrim, aku gak boleh ini, aku gak boleh itu” justru jilabab mu yang akan ngontrol diri kita sendiri, jadi jilbab itu akan mencegah kita berbuat gak baik. Walau sebetulnya jilbab ku ini belum lah sempurna, tapi alhamdulilah uda mulai dibiasakan lah keluar rumah pakek jilbab. Pada intinya gampang pakek jilbab gak musti nunggu dapet hidayah lah, karena jilbab itu kan hukumnya wajib, kalo pun dapet hidayah itu mungkin kelakuan lah yang diberi hidayah agar lebih baik. Masalah jilbab ma bukan harus nunggu hidayah tapi terletak di niat dan hati kita masing-masing. Dan masalah rejeki dan jodoh itu juga uda diatur bukan karena jilbab juga.
Bersyukurnya aku memiliki lingkungan yang sekitarnya dan seharinya emang pake hijab, kayak yang ada sekarang SILUMAN, mereka berjilbab, ya lumayanlah paling gak, gak ada tuh yang mempengaruhi buat lepas jilbab. Dan aku ingat waktu villa bilang “Kapan kamu merasa cantik?” waktu itu aku jawab “ketika aku pakek krudung” heheheheh
Lepas dari bagaimana aku memaknai jilbab sebagai sebuah pelindung dan pembuka Rejeki buat aku secara pribadi kini kesannya rasa dan sikap dewasa mulai menghinggap di kepala dan angan-angan ku di masa yang akan datang. Kini aku bukan Siti yang dulu sukanya minta apa-apa sama orangtua, kalo gak dikasih ngambek. Dan alhamdulilah Allah benar-benar mendewasakan fikiran ku. Kini setelah aku lulus aku lebih memilih kerja. Waktu masih sekolah dulu sukanya kan sharing hal-hal yang baik tentang masa depan kita ntar kalo uda lulus kini bukan hanya sekedar sharing tapi sekaang menjalani secara serius. Kenapa aku memilih kerja? Alasanya mudah banget, ekonomi. Gimanapun aku masih punya adik kelas 2 SMK, setahun lagi dia mau lulus, kalo aku ma uda lulus, maksudnya “sekarang tu giliran adik ku yang harus dibayarin sekolahnya” nah kalo aku ikut sekolah gimana adikku? aku uda 12 tahun diragati, sedangkan dia baru 11 tahun diragati, otomatis dong aku yang harus ngalah. Lagian kan kalo adik uda lulus orangtua tu tinggal mikir masa depan mereka sendiri, kita tinggal mendukung dan menyokong mereka. Misalnya kita berdua uda pada lulus dan kerja setidaknya uang yang mulanya disisihkan buat mbayar keuangan anak, kini bisa mereka gunakan buat keperluan masa tua mereka.
Aku fikir hari ini adalah hari dimana aku akan memulai bhakti ku pada orangtua, walau gak cukup dengan dibayar sampai aku mati ntar. Paling gak kan cukup aku meringankan beban mereka. Kolot sich pikiran ini tapi ini adalah level paling dewasa kalo kalian ada di posisi yang sama. Aku berpikir, dulu kalo uang jajan masih kurang soalnya musti beli pulsa juga, sekarang alhamdulilah bahkan untuk sekedar beli roti harga 1rb pun alhamdulilah aku uda gak minta. Sejujrunya sich, agak merasa iri aja sama adik, yang apa-apa masih disanggupi, tapi sejenak aku berpikir “haha, ketimbang yang dulu ibaratnya mau beli baju aja, harus nunggu lama, tapi sekarang mau beli baju setiap saat insya allah bisa.” Untuk ku wajar sekali karena apa yang ada di aku sekrang adalah cukup ketimbang yang ada dulu.  Dalam hidup ku sendiri ini aku sering merasa “aku tak lagi dimaja” yang pada intinya aku sekarang uda dipaksa buat keluar jalur dari bayangan orangtua, bagaimanapun aku sekarang uda besar, kini aku harus bisa jaga diri sendiri, dan orangtua tugasnya hanya tinggal mengawas dan mengawasi. Dan alhamduilah aku sekarang diberi pikiran dewasa, ibaratnya aku uda mampu cari makan sendiri, jadi tanggungjawab orangtua sepenuhnya adalah pada adik ku yang masih perlu bimbingan. Aku bukan lah manusia yang sempurna, disana sini aku masih memiliki kesalahan yang banyak. Tapi paling tidak kini  aku sudah mulai memikirkan dampak baik dan buruknya. Dan setidaknya seperempat hutang ku pada orangtua uda dibayar lunas, tinggal setengah lebih yang belum.
Dan sekarang dengan usia yang menginjak 19 tahun aku kian dewasa dalam menyikapi hal, yang terpenting kalo mungkin dulunya aku gak pernah memikirkan bagaimana susahnya dan derita orangtua kita, kini aku mengerti, maklum waktu dulu waktu ku aku habiskan di sekolah, kadang pulang uda sore, dan aktiitas mereka uda selesai, sekarang waktu ku lebih banyak dirumah, aku jadi mengerti bagaimana capeknya mereka, ditambah aku sekarang kerja, bisalah aku memposisikan diriku ditempat mereka. Dan ternyata sulit. Sekedar intropeksi aja kini aku bisa mengerem kebutuhan yang gak penting, maksutnya kini jadi tahu sulitnya mereka nyari uang makanya uda gak berani minta ini itu yang neko-neko, Tapi untungnya uda kerja ya alhamdulilahnya mereka gak lagi terbebani sama kebutuhan  (sedikitlah) heheheh. Aku sekarang siap mengabdi hidup buat kedua orangtua ku, terutama Ibu, Beliau mewarisi sifat tegar yang aku hadapi kalo boleh jujur aku adalah satu-satunya yang paling dewasa dirumah, aku adalah yang paling ngalah, sayangnya satu hal aku suka banget memendam sesuatu itu sendiri, mulai keinginan, dendam, benci ma orang dll, sampe-sampe siapapun dia yang uda bikin kedua orangtua ku nangis jangan harap deh terima maaf dari ku. Aku tipe pendendam tapi bukan pembunuh tenang aja. Karena aku paling gak suka ada bagian dari mereka yang membuat kedua orangtua ku nangis, kayak satu family di daerah ku, sampe sekarang belum tu aku menganggap mereka ada. Bahkan mulut ku ini mahal kalo harus bicara sama mereka. Jeleknya aku ya itu. Tapi aku adalah tipe orang yang tegar dihadapan kedua orangtua, kalo aku lagi bener-bener gak ada duit, aku liat dulu kondisi oang tua kalo gak memungkinkan alhamdulilah aku gak pernah minta, tapi seiring itu rasanya Allah nolong gitu, ada aja rejekinya. Dari temen yang bayar utang, dapet arisan, gaji roncean dll. Makanya mereka selalu menganggap aku tu menguntungkan karena gak sepeserpun minta sama mereka. (padahal dalam dompet uda gak ada uang sepeser pun). Dan kalo uda bener-bener muncak banget apa yang aku pendem, aku hanya nangis di kamar. Hilang kalo uda liat wajah emak gue.
Mau bagaimanapun kalo nyawa ini belum diangkat, paling gak aku bisa lah bahagiain mereka lebih dulu. Setelah melihat senyum mereka yang hilang bebannya baru deh kalo aku mau mati, setidaknya aku bayar lunas semua hutang ku. Dan aku tipe orang yang gak bisa liat orang nangis, so jangan berani nangis di hadapan ku. Kalo biasanya hidup diabdikan buat berjihad. Insya Allah aku juga mau berjihad, dalam menjaga orangtua dan mengabdikan hidup ini pada orang tua.
Intinya aku bangga selama 19 tahun aku hidup sebagai Siti, aku bangga dengan kedua orang tua ku, adik ku, sahabat ku, seluruh orang yang ada di samping dan disekeliling ku. Dan berkat mereka aku bisa ada disini sekarang, juga semoga apa yang aku tulis bermakna dan memunculkan inspirasi serta membuat kita bisa makin menghargai mereka serta hidup ini. ..
­­­­­______________________________________________________________________________
Untuk “My Life Story part 2” akan menyusul ntar kalo aku uda menemukan kehidupan baru (menikah, jadi ibu-ibu yang nganter anak sekolah) ok.. see you again…..