Sebetulnya judul blog ini uda pernah aku pakai sewaktu blog yang
lama masih ada, tapi blog itu kini uda gak tak aktifin lagi. Karena isinya
terlalu galau, bikin risi aja kalo baca. (termasuk yang nulis). Niatnya
di blog baru ini maunya gak galau, maunya yang move on, tapi kalo gak nulis
yang galau gitu rasanya hampar banget gitu ya? Seperti judulnya, sebenarnya gak
akan jauh dari yang dulu, ya masih ada sangkut pautnya sama dulu. Untuk ku
walaupun sepenuhnya uda melupakan dia, tapi rasanya patut lah dia masuk dalam
cameo di blog ini, lantaran sahabat, keluarga, aku pribadi juga uda ada di
sebagian tulisan, sebagai pelengkap aja deh ya?.
Dia (Niatnya mau sebutkan nama, tapi gak usah lah menjaga nama
baiknya, dan menjaga keprifasian dari cerita ini sendiri = Tapi aku rasa pasti
uda tau dia sipa?). Sejujurnya dia mampu mencuri hati ku, ya walaupun hanya
aku yang tercuri hatinya, entah apa yang aku rasakan rasanya tiba-tiba rasa
suka itu ada aja datangnya. Tak dipinta, tak disengaja, awalnya aku gak kenal
basik dia, karena itu adalah firs time. Aku hanya sekedar bertanya sesuatu,
saat itu mata minus ku kambuh (maklum mata orang tua). Kebetulan aku
berpikir dia pasti tau, ya hanya sebatas Tanya jawab aja. Dua hari kemudian,
kita uda ngobrol, lupa apa yang aku obrolkan dengan dia, ya sebatas teman lah
saat itu. Entah bagaimana aku bisa mengenal dia dan menjadi dekat dengannya,
yang jelas factor lokasi tempat duduk yang aku anggap mendukung kedekatan ini.
(kalau biasanya tempat duduk menentukan prestasi, kalo aku gak “tempat duduk
menentukan hati … auwah…..). Ya begitulah, tapi ada beberapa moment yang
aku sangat ingat walau sebetulnya momen
itu adalah saat aku belum menyukainya. Saat itu aku harus mengantar surat untuk
PKL. Kebetulan kita berdua berada di luar gerbang (gak berdua juga deng, ada
yang lain tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing), dia bersandar di
tembok depan gerbang sekolah sebelah utara, sendirian menanti seorang teman
yang juga mau mengantar surat, kebetulan aku berada di sebelah selatan tepat di
depan dia, juga sedang menanti dua orang teman yang akan mengantar surat. Saat
itu aku ingat dia bertanya “ Nang UNS tho?? ”. Aku pun menjawab
soalnya pasti itu untuk ku kan yang PKL didaerah UNS hanya kelompok q. “heembt,
melu ye??”. Jawabku tanpa diikuti perasaan apapun. “( sambl senyum) aku
yo meh ngeterne surat sek lagian adoh hlo.”. “hahaha, makane ayo melu,
neng gon ku sek lagi tak terke nggon mu.” Jawabku sambil ketawa. “hahahah,
selak ngantuk aku.” Kebetulan aku hanya melempar senyum (gak melempar
batu, kalo sekarang akan ku lempar hati ku hahahhaha) karena teman yang
ditunggu uda muncul dan berarti adalah waktu untuk berangkat, jadi gak ada
waktu buat ngobrol lagi, dan nampaknya teman dia juga uda dating dan bahkan uda
nengkreng di atas motornya. Dan aku pun langsung meluncur, saat menyebrang
kebetulan dia mendahului ku lewat klakson motornya yang merdu (ceileh…..
merdu katanya) dia nglurui (apa ya nglurui ki? Nyapa gitu kali ya?).
Sambil menundukkan kepala dia senyum. Aku melakukan hal yang sama. Beberapa
waktu setelah itu kebetulan ada hal yang emang harus komunikasi antara kita,
kita sempat sms berapa waktu tapi gara-gara aku yang putri tidur sedang dia yag
putra kalong, (Dia Betah Sampai Malam) saat itu aku tau itu jam menunjukkan
pukul 24.00 WIB. Sms nya gak tak bales lah secara aku dah lelap. Kebetulan hobi
kita sama waktu itu nonton salah satu acara yang lagi booming waktu itu. Semenjak
itu kita menjadi dekat. Anggap aja kita sudah begitu dekat hingga beberapa
moment yang aku pikir biar kan jadi koleksi pribadi (ntar bikin galau ).
Hingga suatu hari ada hal yang membuat ku jadi jauh dari dia, hal
itu emang aku pikir sebagai pemisah diantara kita, dan itu terlalu menyakitkan
sekali buat ku, because disaat itulah justru aku mulai suka sama dia. Entah
bagaimana, sesaat pikiran ku bilang “kenapa pas gak dulu aja, giliran sekarang
dia uda terbang dari sangkar malah aku mau mendekat itu jelas gak bakal mungkin
terjadi”. Tapi inilah realita, semakin aku mencintai nya maklum sajalah kami
masih berada di lokasi lumayan lama, dan lokasi kami masih sama. Benar aja
pertemuan yang sering membuat aku makin cinta sama dia, entah feeling atau apa
dia membuat ku jadi mulai ilfeel. Lewat tingkah dia yang aku berpikir bahwa itu
berbeda dari sebelumnya saat aku masih mengenal dia sebagai teman dengan yang sekarang.
Disinilah hingga kelas XI ku berakhir aku masih menyimpan rasa suka
namun diiringi rasa benci, parahnya kami masih berjumpa untuk kelas XII
kembali. Aku berniat benar-benar melupakan, tapi sayang waktu masih mempertemukan
kita, jadi sangat sulit melupakannya, padahal justru aku mulai benci. Anggap
semua berjalan seperti itu, hingga pengumuman selesai. Sejujurnya dalam hati
ingin sekali aku mengucapkan “selamat ya, kamu lulus”, tapi itu dah gak
bisa walau hanya sekedar sms atau hanya berjabat tangan. Semua sudah menjadi
jauh dan aku pikir “Saat inilah waktu yang tepat untuk melupakan semua, dulu
terhambat oleh keseringan waktu kita bertemu, kini saatnya aku melupakan
lantaran kita yang tak lagi ketemu”. Alhamdulilah seiring berjalanya waktu
aku sudah mulai melupakannya, hingga saat ini aku sudah mampu melupakan nya.
Tapi tetap saja sejujurnya ada satu hal yang ingin ku bicarakan padanya. “Sampai
bertemu lagi di kehidupan selanjutnya”. Itu yang ingin kusampaikan sebenarnya.
Tapi tak lagi dapat aku ucapkan. Tinggal menunggu masa depan aja, akan ku
siapkan kata-kata selamat yang aku pikir lebih pantas emm, misalnya “Selamat
ya sekarang uda jadi guru, teknisi”, atau mungkin lebih ke masa depan lagi
“selamat ya, semoga bahagia, sakinah mawadah warahmah”. Dan pasti ucapan
selamat itu akan ku iringi senyuman donk, turut bahagia atas semua yang akan ia
capai dimasa depan. Begitu juga jika kehidupan masa depan ku tiba, ingin sekali
dia juga bisa hadir dan juga mengucapkan selamat.
Itulah cinta dan benci hanya beda selembar kapas, begitu tipis
kadang gak terlihat mana yang benci dan mana yang bener cinta. Walau perasan
ini belum terutarakan tapi setidaknya menjadikan dia sebagai bagian dari sebuah
tulisan adalah cara yang terbaik untuk menyimpan kenangan biar gak termakan
rayap. Memang sudah benar-benar melupakan dia, tapi bukan berarti kini aku
membencinya, tak meninggalkan sedikit pun kenangan yang lalu direlung hati juga
bahkan hanya sekedar nomor HP pun kini tak lagi kumiliki. Hanya sebatas menghapus
saja, jika someday kita berdua bia dipertemukan kembali, jelas tentu akan
terasa berbeda. Dan tak akan ku tutupi kemungkinan bagaimana aku bisa akan
kembali padanya. Tak akan hanya lewat selamat mungkin akan lebih ampuh jika
kita berdoa. Ya, Hanya berdoa, ini adalah salah satu doa yang aku selipkan di
setiap sholat , hanya doa tambahan aja sich,
“ Ya allah ya Tuhanku, ku titipkan doa ku untuk nya, semoga dia
bahagia, semoga apa yang ia kerjakan masih dalam koridor sebagai laki-laki yang
ku kenal dahulu walau aku yakin sekarang ini dia sudah dewasa. Berikanlah dia
kemudahan dalam segala urusan, semoga kesuksesan datang padanya. Trimakasih
menghadirkan dia dalam hidupku walau hanya sebagai teman, jika engkau berkenan
pertemukan hamba kembali dengannya suatu hari nanti, bahkan hanya sekedar
mengucapkan selamat atas apa yang ia raih dan aku raih di masa depan, jika pun
kami dipertemukan dengan masing-masing orang yang berbeda, bahagia kanlah kami
dengan pilihan masing-masing. Semoga apa yang aku sampaikan bisa sampai
padanya. Aminn ” (Doanya agak melo dikit sich).
Dan ini adalah salah satu doa yang dimana aku menunggu keajaibannya
dari sebuah doa dari berbagai doa yang sangat ingin ku buktikan keajaibannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar